GARUDEYA adalah sebuah benda dari emas yang ditemukan oleh saudara Seger pada tahun 1989, yang sekarang tersimpan di Museum mPu Tantular, dan merupakan suatu koleksi unggulan.
Oleh masyarakat umum benda tersebut dikenal dengan nama hiasan "Garudeya", hiasan emas ini, menurut data museum mPu Tantular, dibuat dari emas 22 karat dengan berat keseluruhan 1.163.09 gram. Panjang 37 cm, lebar 22 cm.
Dihiasi batu permata yang disusun secara simetris berdasarkan warna di bagian kiri dan kanan, dengan jenis batuan : ‘mirah’, ‘cat eye’, ‘jamrut’, dan ‘safir’.
Artefak ini dapat dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu bagian yang terdapat ornamen pergelangan dan telapak tangan kiri serta burung garuda membawa kendi (kamandalu) berisi air amrta (air kehidupan) (atas), bagian yang berornamen raksasa membawa gadha (tengah), dan ornamen figur manusia berwajah raksasa dengan kedua tangan diangkat ke atas, sementara dua kaki dalam sikap menari dengan gaya ‘berjingkrak’ (bawah).
Mengenai kesejarahannya, sampai saat ini terdapat beberapa versi yang menyatakan dugaan bahwa dilihat dari reliefnya, hiasan ini diduga merupakan peninggalan dari Abad XII-XIII Masehi. Tidak disebutkan secara jelas, mengapa benda tersebut diperkirakan berasal dari abad XII-XIII M.
Mungkin hal itu dihubungkan dengan adanya hiasan burung ‘garuda’ membawa ‘amerta’ yang dianalogkan dengan relief garuda candi Kidal (Malang) yang merupakan produk abad XIII M, masa kerajaan Singasari. Ada pula yang menduga bahwa ditinjau dari penggambaran paruh burung garuda yang menunjukkan adanya pengaruh Cina, serta besarnya karat dan jenis batuannya, diduga benda ini berasal dari Siam, dan sampainya di Jawa karena sebagai cendera mata dari Raja Siam yang diperuntukkan bagi raja Jawa. Ada yang berpendapat bahwa benda tersebut berhubungan dengan raja Airlangga.
Pendapat inipun berdasarkan pertimbangan asumsi bahwa mungkin karena raja Airlangga dikenal dengan prasasti-prasasti kerajaannya yang menggunakan cap "Garuda muka", serta dihubungkan dengan arca Wisnu naik garuda dari patirthan Belahan yang diduga sebagai arca perwujudan Airlangga, maka benda yang berhias garuda itu erat hubungannya dengan raja tersebut. Sehingga benda tersebut berasal dari abad XI M.
Satu dugaan lagi disebutkan bahwa benda yang disebut sebagai badong penutup dada itu milik raja Tohjaya dari kerajaan Singasari abad XIII M. Argumentasinya berdasar pada tempat temuan benda tersebut, yakni di desa Plaosan kecamatan Wates Kediri.
Berbekal dari berita Pararaton yang menyebutkan bahwa raja Tohjaya meninggal di Katang Lumbang. Di dekat desa Plaosan, di kecamatan Ngasem terdapat sebuah tempat yang bernama Katang, sementara di bagian lain, yaitu di kecamatan Gurah terdapat nama daerah bernama Lumbang. Atas dasar toponim itulah, maka benda tersebut diduga milik raja Tohjaya yang terjatuh saat sang raja melarikan diri dan mati terbunuh di Katang Lumbang.
Demikianlah penafsiran seputar benda arkeologis yang ditemukan 30 tahun yang lalu, yang hingga sekarang tetap menarik perhatian untuk dikaji. Sementara benda yang sejenis dengan benda ini tidak ditemukan. Dalam koleksi foto Bernet Kempers, terdapat sebuah jumbai penutup kelamin dari bahan emas, yang menggambarkan adegan dewi naik ikan (Sri Tanjung). Dengan demikian harapan satu-satunya untuk dapat memberikan hipotesa terhadap benda yang kita bahas ini, tentunya dengan mencermati secara teliti terhadap bendanya sendiri.
Berdasarkan pengamatan terhadap bendanya yang berada di ruang koleksi emas museum mPu Tantular, serta visual yang berhasil didapatkan, maka sangatlah tepat apabila melakukan pengamatan secara cermat bagian demi bagian dari benda tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Bagian atas membentuk lengkung kurawal, yang di dalamnya berhiaskan sulur yang direcalsitran dari flora teratai, yang ujung-ujungnya membentuk lidah api. Sementara di dalam sulur-sulur terdapat gambar pergelangan tangan kiri dengan telapak tangannya yang jari-jarinya terbuka, keluar dari kelopak bunga teratai merah berjumlah lima lembar yang sedang mekar. Di bagian dalam telapak tangan kiri terdapat guratan mirip huruf ‘S’, seolah sebuah lidah api yang keluar dari selubungnya. Bagian lengkung kurawal ini seolah tudung tinggi yang membentuk sirascakra bagi kepala burung garuda yang berada di bawahnya. Pada bagian ini terdapat 7 tempat batu permata yang batunya hilang. ..................)
Halaman [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] >>>
Oleh masyarakat umum benda tersebut dikenal dengan nama hiasan "Garudeya", hiasan emas ini, menurut data museum mPu Tantular, dibuat dari emas 22 karat dengan berat keseluruhan 1.163.09 gram. Panjang 37 cm, lebar 22 cm.
Dihiasi batu permata yang disusun secara simetris berdasarkan warna di bagian kiri dan kanan, dengan jenis batuan : ‘mirah’, ‘cat eye’, ‘jamrut’, dan ‘safir’.
Artefak ini dapat dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu bagian yang terdapat ornamen pergelangan dan telapak tangan kiri serta burung garuda membawa kendi (kamandalu) berisi air amrta (air kehidupan) (atas), bagian yang berornamen raksasa membawa gadha (tengah), dan ornamen figur manusia berwajah raksasa dengan kedua tangan diangkat ke atas, sementara dua kaki dalam sikap menari dengan gaya ‘berjingkrak’ (bawah).
Mengenai kesejarahannya, sampai saat ini terdapat beberapa versi yang menyatakan dugaan bahwa dilihat dari reliefnya, hiasan ini diduga merupakan peninggalan dari Abad XII-XIII Masehi. Tidak disebutkan secara jelas, mengapa benda tersebut diperkirakan berasal dari abad XII-XIII M.
Mungkin hal itu dihubungkan dengan adanya hiasan burung ‘garuda’ membawa ‘amerta’ yang dianalogkan dengan relief garuda candi Kidal (Malang) yang merupakan produk abad XIII M, masa kerajaan Singasari. Ada pula yang menduga bahwa ditinjau dari penggambaran paruh burung garuda yang menunjukkan adanya pengaruh Cina, serta besarnya karat dan jenis batuannya, diduga benda ini berasal dari Siam, dan sampainya di Jawa karena sebagai cendera mata dari Raja Siam yang diperuntukkan bagi raja Jawa. Ada yang berpendapat bahwa benda tersebut berhubungan dengan raja Airlangga.
Pendapat inipun berdasarkan pertimbangan asumsi bahwa mungkin karena raja Airlangga dikenal dengan prasasti-prasasti kerajaannya yang menggunakan cap "Garuda muka", serta dihubungkan dengan arca Wisnu naik garuda dari patirthan Belahan yang diduga sebagai arca perwujudan Airlangga, maka benda yang berhias garuda itu erat hubungannya dengan raja tersebut. Sehingga benda tersebut berasal dari abad XI M.
Satu dugaan lagi disebutkan bahwa benda yang disebut sebagai badong penutup dada itu milik raja Tohjaya dari kerajaan Singasari abad XIII M. Argumentasinya berdasar pada tempat temuan benda tersebut, yakni di desa Plaosan kecamatan Wates Kediri.
Berbekal dari berita Pararaton yang menyebutkan bahwa raja Tohjaya meninggal di Katang Lumbang. Di dekat desa Plaosan, di kecamatan Ngasem terdapat sebuah tempat yang bernama Katang, sementara di bagian lain, yaitu di kecamatan Gurah terdapat nama daerah bernama Lumbang. Atas dasar toponim itulah, maka benda tersebut diduga milik raja Tohjaya yang terjatuh saat sang raja melarikan diri dan mati terbunuh di Katang Lumbang.
Demikianlah penafsiran seputar benda arkeologis yang ditemukan 30 tahun yang lalu, yang hingga sekarang tetap menarik perhatian untuk dikaji. Sementara benda yang sejenis dengan benda ini tidak ditemukan. Dalam koleksi foto Bernet Kempers, terdapat sebuah jumbai penutup kelamin dari bahan emas, yang menggambarkan adegan dewi naik ikan (Sri Tanjung). Dengan demikian harapan satu-satunya untuk dapat memberikan hipotesa terhadap benda yang kita bahas ini, tentunya dengan mencermati secara teliti terhadap bendanya sendiri.
Berdasarkan pengamatan terhadap bendanya yang berada di ruang koleksi emas museum mPu Tantular, serta visual yang berhasil didapatkan, maka sangatlah tepat apabila melakukan pengamatan secara cermat bagian demi bagian dari benda tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Bagian atas membentuk lengkung kurawal, yang di dalamnya berhiaskan sulur yang direcalsitran dari flora teratai, yang ujung-ujungnya membentuk lidah api. Sementara di dalam sulur-sulur terdapat gambar pergelangan tangan kiri dengan telapak tangannya yang jari-jarinya terbuka, keluar dari kelopak bunga teratai merah berjumlah lima lembar yang sedang mekar. Di bagian dalam telapak tangan kiri terdapat guratan mirip huruf ‘S’, seolah sebuah lidah api yang keluar dari selubungnya. Bagian lengkung kurawal ini seolah tudung tinggi yang membentuk sirascakra bagi kepala burung garuda yang berada di bawahnya. Pada bagian ini terdapat 7 tempat batu permata yang batunya hilang. ..................)
Halaman [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] >>>