Akibat perang Ganter tersebut, Kerajaan Tumapel dibawah pimpinan Ranggah Rajasa menguasai Panjalu dan Sri Krtajaya gugur dalam serangan tersebut).
Toponimi ”nagara Glang-Glang” lebih tepat ditujukan pada Dukuh Gelang ataupun Desa Glonggong di Kecamatan Dolopo. Dari pada menafsirkannya dengan Pagotan. Apalagi di sekitar Desa Glonggong terdapat nama-nama daerah yang berhubungan dengan Kerajaan Glang-Glang serta Raja Jayakatwang. Dukuh Ngrawan merupakan toponimi nama dari Bhumi Wurawan.
Desa Doho dan Blok Ganter mengingatkan pada peristiwa runtuhnya Kerajaan Panjalu di bhumi Kadiri.Lokasi Kecamatan Dolopo berada di sebelah selatan Kecamatan Geger.
Sedangkan sebelah baratnya berbatasan dengan Kecamatan Kebonsari. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dagangan, dan sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Ponorogo.
Daerah Madiun merupakan daerah subur, yang dialiri oleh Sungai Madiun. Jadi, nagara Glang-Glang merupakan daerah peradaban di lembah Sungai Madiun.
Data Arkeologis
Sumber data Arkeologis-epigrafis terdiri dari tiga jenis, yaitu Prasasti (tekstual), Artefaktual dan Fitur (lingkungan).
Sumber Data Prasasti
Prasasti Mula-Malurung (1177 Saka / 1255 M) dengan jelas menyebutkan posisi nagara Glang-Glang memiliki wilayah yang berbeda dengan nagara Daha.
Nagara Glang - Glang berada di wilayah yang bernama “bhumi Wurawan”, sedangkan nagara Daha berada di wilayah yang bernama “bhumi Kadiri”.
Dalam Prasasti Taji (823 Saka/901M) disebutkan nama seorang pejabat, yang disebut “rakryan iŋ burawan”. Atau seorang pejabat ke-rakai-an yang berkuasa di daerah burawan. Nama burawan memiliki kemiripan dengan nama Wurawan.
Prasasti Pucangan (963 Saka/1041 M) menyebutkan bahwa Raja Airlangga pada tahun 951 Saka /1029 M menyerang Kerajaan Wuratan. Nama Wuratan memiliki kemiripan pula dengan Wurawan.
Dalam huruf Jawa Kuna, huruf “tha” dengan huruf “wa/va” memiliki kemiripan bentuk. Hal tersebut dapat dilihat dari table evolusi bentuk huruf “tha” dengan huruf “wa/va” dari abad ke abad sebagai berikut:
Ada kemungkinan telah terjadi salah baca pada nama Wuratan dari yang seharusnya dibaca “Wurawan”.
Perlu dilakukan pembacaan ulang terhadap Prasasti Pucangan (963 Saka) untuk mengidentifikasi kebenaran hipotesis tersebut. Jika hipotesis tersebut benar adanya, maka dapat dibayangkan bahwa ekspedisi militer Airlangga menuju ke arah selatan dari daerah kekuasaannya.
Sumber Data Artefaktual
a) Situs Masjid Maqomul Hidayah, Dsn Ngrawan
Situs ini berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
Di areal masjid Maqomul Hidayah terdapat banyak tinggalan arkeologis masa Hindu-Budha, sebagaimana berikut:
- Yoni, Yoni adalah kata yang mempunyai arti bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan. Kata ini mempunyai banyak arti, di antaranya adalah sumber, asal, sarang, rumah, tempat duduk, kandang, tempat istirahat, tempat penampungan air, dan lain-lain.
Dalam buku Kama Sutra dan dalam kaitannya dengan batu candi, yoni berarti pasangan lingga yang merupakan simbol dari alat kelamin wanita. Pasangan lingam-yoni dalam arti ini juga dikenal pada situs sejarah warisan dunia Mohenjo-daro di Pakistan.
Di beberapa daerah di Indonesia yoni disebut juga lesung batu karena menyerupai sebuah lesung yang terbuat dari batu).
Lokasi Yoni ini berada di areal makam masjid Maqomul Hidayah Ngrawan, tepatnya di depan pengimaman masjid. Tinggi: 60 cm, panjang Yoni: 90 cm, panjang cerat: 30 cm, diameter lobang Yoni: 18 cm dan kedalaman lubang Yoni 34 cm.
- Umpak
Umpak 1 dan Umpak 2 berada di gerbang masuk areal masjid Maqomul Hidayah dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqul Huda, dengan posisi terbalik. Sedangkan Umpak 3 berada di sebelah utara masjid, di pinggir Sungai Ngrawan. Ada satu temuan lagi, yaitu Umpak 4, namun sekarang telah di ukir dan dijadikan kemuncak kubah masjid. Umpak 1 memiliki ketinggian 33 cm, dan lebarnya 70 cm. Umpak 2 memiliki tinggi 30 cm, sedangkan lebarnya 73 cm.
- Arca Dewi Parwati adalah salah satu dewi dalam agama Hindu. Menurut mitologi Hindu, Parwati merupakan puteri dari raja gunung bernama Himawan, dan seorang apsari bernama Mena. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua dari Siwa, Dewa pelebur dan penghancur dalam agama Hindu.
Parwati juga merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya (Skanda). Beberapa aliran meyakininya sebagai adik dari Wisnu dan banyak pengikut aliran filsafat Shakta meyakininya sebagai dewi yang utama.
Dalam susastra Hindu, Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga. Dalam bahasa Sanskerta, kata Pārvatī berarti "mata air pegunungan".
Parwati juga dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Uma, Gauri, Iswarī, Durga, Ambika, Girija, dan lain lain), Arca Dewi Parwati ini terletak disebelah Umpak 2. Tinggi arca Dewi ini yang tersisa adalah 110 cm, sedangkan lebarnya 40 cm.
- Ambang Pintu
Batu ini terletak di sebelah utara masjid, berdekatan dengan lokasi Umpak 3. Panjang ini 101 cm, tabal 25 cm.
- Panil Relief
Panil relief ini letaknya berdekatan dengan arca dewi dan umpak 2 di gerbang masuk areal masjid dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqul Huda Dsn. Ngrawan
Jobong Sumuran angka th. 1398 M.
- Jobong Sumuran
Jobong ini terletak di depan madrasah Toriqul Huda sebagai vas tanaman. Posisinya terbalik, dimana di salah satu sudutnya berukir kronogram angka tahun 1320 Saka (1398 Masehi). Tinggi Jobong 50 cm, diameter bagian puncak (terbalik di bawah) sebesar 70 cm.
Sedangkan bagian dasar (terbalik di atas) berdiameter 95 cm. Sebenarnya di areal ini dahulu pernah ada bangunan gerbang kuno, tepatnya di barat masjid, pada areal makam. Namun, gerbang tersebut telah tidak ada lagi, bahkan batu bata kunonya telah dimanfaatkan masyarakat setempat untuk semen merah.
Ada yang masih tersisa, yaitu batu bata kuno yang dijadikan batu nisan pada makam di areal Masjid Toriqul Huda. Selain itu, di bawah masjid dahulu merupakan lokasi dikuburkannya arca-arca dari sekitar Ngrawan.
Banyak sekali arca maupun batu bertulis yang dijadikan pondasi masjid Ngrawan ini.
B) Situs Daton
Lokasi Situs Daton berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Jaraknya sekitar 100 m sebelah timur dari situs Masjid Toriqul Huda Ngrawan.
Temuan di situs ini adalah sebagai berikut:
- Puntuk Daton
Puntuk Daton ini merupakan pusat dari kesakralan daerah Dolopo. Situs ini berada di pekarangan kosong milik desa, yang tidak ada seorangpun berani memanfaatkannya. Puntuk Daton berupa gundukan tanah (puntuk), yang ditumbuhi semak belukar.
Di sekitar puntuk ditemukan banyak bata kuno dan dua buah umpak berukuran besar.
Menurut Bapak Saiful Huda (30) dahulu sebagian arca dan umpak yang berada di Masjid Toriqul Huda berasal dari Situs Daton. Selain itu, terdapat struktur bata yang banyak ditemukan dalam areal Situs Daton.
Namun sayang, kini bata-bata kuno tersebut telah diambil oleh masyarakat untuk dimanfaatkannmenjadi bahan pembangunan rumah. Nama “Daton” sangat mungkin berasal dari istilah “Kedaton” atau “Kadatwan”, yaitu istana, sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya.
- Umpak Daton
Pada Situs Daton ditemukan 4 buah umpak batu, mirip dengan yang berada di Situs Masjid Toriqul Huda Ngrawan. Kedua umpak tersebut terletak berdampingan di sebelah selatan Puntuk Daton dengan posisi terbalik.
C) Kumpulan Arca di rumah Bapak Saiful Huda
Rumah Bapak Saiful Huda berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Beliau adalah juru pelihara Cagar Budaya yang berada di Kecamatan Dolopo.
Di depan rumahnya terdapat arca Nandi yang telah putus kepalanya. Kemudian di samping barat rumah diletakkan kumpulan Benda Cagar Budaya, yang terdiri dari dua buah Jaladwara, sebuah arca Dewi Parwati, dan sebuah miniatur candi.
Benda-benda cagar budaya tersebut berasal dari pekarangan, sekitar 200 m di sebelah barat daya masjid Maqomul Hidayah. (Menurut keterangan bapak Saiful Huda, dahulu di pekarangan tersebut juga ditemukan struktur bata dan beberapa arca dewa Hindu.
Namun struktur bata tersebut telah digali dan dibongkar untuk dijadikan semen merah serta sebagai bahan bagunan rumah warga. Begitu pula arca-arca dewa Hindu yang ditemukan telah ikut terkubur di bawah masjid Maqomul Hidayah Ngrawan beserta arca-arca dan batu bertulis dari sekitar Situs Daton.
D) Situs Gelang (Dul Boto)
Situs Dul Boto terletak di Dukuh Gelang, Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, kabupaten Madiun. Dul Boto adalah nama yang diberikan oleh masyarakat sekitar Dukuh Gelang untuk menyebut sebuah jalan yang menghubungkan antara Desa Glonggong di timur dengan Desa Doho di baratnya. Dul Boto berasal dari kata Kidul Boto, yang memiliki arti Selatan (batu) Bata.
Menurut informasi dari Saiful Huda, dahulu di sebelah utara jalan tersebut membujur panjang struktur batu bata kuno seperti tembok. Pada awal tahun sembilan puluhan, struktur bata masih dapat dilihat pada beberapa sudut desa, yang membentuk tembok memanjang dari timur ke barat Dukuh Gelang.
Selain itu ditemukan struktur yang sama di Desa Doho, yang memiliki garis lurus dengan tembok di Gelang. Namun sekarang tidak dapat ditemukan lagi satu strukturpun.
Hal tersebut karena sebelum jalan diaspal banyak batu bata yang dijual dan dibawa pulang masyarakat setempat untuk dijadikan bahan bangunan rumah mereka.
E) Situs Gedongstono
Situs Gedongstono berada di Dukuh Gedong, Desa Doho, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, tepatnya di areal pemakaman belakang MTsN Dolopo. Situs ini berupa dua buah makam kuno, yang dipercaya sebagai makam Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Ngalam.
>>> ( 1 ) ( 2 ) ( 3 )
Toponimi ”nagara Glang-Glang” lebih tepat ditujukan pada Dukuh Gelang ataupun Desa Glonggong di Kecamatan Dolopo. Dari pada menafsirkannya dengan Pagotan. Apalagi di sekitar Desa Glonggong terdapat nama-nama daerah yang berhubungan dengan Kerajaan Glang-Glang serta Raja Jayakatwang. Dukuh Ngrawan merupakan toponimi nama dari Bhumi Wurawan.
Desa Doho dan Blok Ganter mengingatkan pada peristiwa runtuhnya Kerajaan Panjalu di bhumi Kadiri.Lokasi Kecamatan Dolopo berada di sebelah selatan Kecamatan Geger.
Sedangkan sebelah baratnya berbatasan dengan Kecamatan Kebonsari. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dagangan, dan sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Ponorogo.
Daerah Madiun merupakan daerah subur, yang dialiri oleh Sungai Madiun. Jadi, nagara Glang-Glang merupakan daerah peradaban di lembah Sungai Madiun.
Data Arkeologis
Sumber data Arkeologis-epigrafis terdiri dari tiga jenis, yaitu Prasasti (tekstual), Artefaktual dan Fitur (lingkungan).
Sumber Data Prasasti
Prasasti Mula-Malurung (1177 Saka / 1255 M) dengan jelas menyebutkan posisi nagara Glang-Glang memiliki wilayah yang berbeda dengan nagara Daha.
Nagara Glang - Glang berada di wilayah yang bernama “bhumi Wurawan”, sedangkan nagara Daha berada di wilayah yang bernama “bhumi Kadiri”.
Dalam Prasasti Taji (823 Saka/901M) disebutkan nama seorang pejabat, yang disebut “rakryan iŋ burawan”. Atau seorang pejabat ke-rakai-an yang berkuasa di daerah burawan. Nama burawan memiliki kemiripan dengan nama Wurawan.
Prasasti Pucangan (963 Saka/1041 M) menyebutkan bahwa Raja Airlangga pada tahun 951 Saka /1029 M menyerang Kerajaan Wuratan. Nama Wuratan memiliki kemiripan pula dengan Wurawan.
Dalam huruf Jawa Kuna, huruf “tha” dengan huruf “wa/va” memiliki kemiripan bentuk. Hal tersebut dapat dilihat dari table evolusi bentuk huruf “tha” dengan huruf “wa/va” dari abad ke abad sebagai berikut:
Ada kemungkinan telah terjadi salah baca pada nama Wuratan dari yang seharusnya dibaca “Wurawan”.
Perlu dilakukan pembacaan ulang terhadap Prasasti Pucangan (963 Saka) untuk mengidentifikasi kebenaran hipotesis tersebut. Jika hipotesis tersebut benar adanya, maka dapat dibayangkan bahwa ekspedisi militer Airlangga menuju ke arah selatan dari daerah kekuasaannya.
Sumber Data Artefaktual
a) Situs Masjid Maqomul Hidayah, Dsn Ngrawan
Situs ini berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
Di areal masjid Maqomul Hidayah terdapat banyak tinggalan arkeologis masa Hindu-Budha, sebagaimana berikut:
- Yoni, Yoni adalah kata yang mempunyai arti bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan. Kata ini mempunyai banyak arti, di antaranya adalah sumber, asal, sarang, rumah, tempat duduk, kandang, tempat istirahat, tempat penampungan air, dan lain-lain.
Dalam buku Kama Sutra dan dalam kaitannya dengan batu candi, yoni berarti pasangan lingga yang merupakan simbol dari alat kelamin wanita. Pasangan lingam-yoni dalam arti ini juga dikenal pada situs sejarah warisan dunia Mohenjo-daro di Pakistan.
Di beberapa daerah di Indonesia yoni disebut juga lesung batu karena menyerupai sebuah lesung yang terbuat dari batu).
Lokasi Yoni ini berada di areal makam masjid Maqomul Hidayah Ngrawan, tepatnya di depan pengimaman masjid. Tinggi: 60 cm, panjang Yoni: 90 cm, panjang cerat: 30 cm, diameter lobang Yoni: 18 cm dan kedalaman lubang Yoni 34 cm.
- Umpak
Umpak 1 dan Umpak 2 berada di gerbang masuk areal masjid Maqomul Hidayah dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqul Huda, dengan posisi terbalik. Sedangkan Umpak 3 berada di sebelah utara masjid, di pinggir Sungai Ngrawan. Ada satu temuan lagi, yaitu Umpak 4, namun sekarang telah di ukir dan dijadikan kemuncak kubah masjid. Umpak 1 memiliki ketinggian 33 cm, dan lebarnya 70 cm. Umpak 2 memiliki tinggi 30 cm, sedangkan lebarnya 73 cm.
- Arca Dewi Parwati adalah salah satu dewi dalam agama Hindu. Menurut mitologi Hindu, Parwati merupakan puteri dari raja gunung bernama Himawan, dan seorang apsari bernama Mena. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua dari Siwa, Dewa pelebur dan penghancur dalam agama Hindu.
Parwati juga merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya (Skanda). Beberapa aliran meyakininya sebagai adik dari Wisnu dan banyak pengikut aliran filsafat Shakta meyakininya sebagai dewi yang utama.
Dalam susastra Hindu, Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga. Dalam bahasa Sanskerta, kata Pārvatī berarti "mata air pegunungan".
Parwati juga dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Uma, Gauri, Iswarī, Durga, Ambika, Girija, dan lain lain), Arca Dewi Parwati ini terletak disebelah Umpak 2. Tinggi arca Dewi ini yang tersisa adalah 110 cm, sedangkan lebarnya 40 cm.
- Ambang Pintu
Batu ini terletak di sebelah utara masjid, berdekatan dengan lokasi Umpak 3. Panjang ini 101 cm, tabal 25 cm.
- Panil Relief
Panil relief ini letaknya berdekatan dengan arca dewi dan umpak 2 di gerbang masuk areal masjid dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqul Huda Dsn. Ngrawan
Jobong Sumuran angka th. 1398 M.
- Jobong Sumuran
Jobong ini terletak di depan madrasah Toriqul Huda sebagai vas tanaman. Posisinya terbalik, dimana di salah satu sudutnya berukir kronogram angka tahun 1320 Saka (1398 Masehi). Tinggi Jobong 50 cm, diameter bagian puncak (terbalik di bawah) sebesar 70 cm.
Sedangkan bagian dasar (terbalik di atas) berdiameter 95 cm. Sebenarnya di areal ini dahulu pernah ada bangunan gerbang kuno, tepatnya di barat masjid, pada areal makam. Namun, gerbang tersebut telah tidak ada lagi, bahkan batu bata kunonya telah dimanfaatkan masyarakat setempat untuk semen merah.
Ada yang masih tersisa, yaitu batu bata kuno yang dijadikan batu nisan pada makam di areal Masjid Toriqul Huda. Selain itu, di bawah masjid dahulu merupakan lokasi dikuburkannya arca-arca dari sekitar Ngrawan.
Banyak sekali arca maupun batu bertulis yang dijadikan pondasi masjid Ngrawan ini.
B) Situs Daton
Lokasi Situs Daton berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Jaraknya sekitar 100 m sebelah timur dari situs Masjid Toriqul Huda Ngrawan.
Temuan di situs ini adalah sebagai berikut:
- Puntuk Daton
Puntuk Daton ini merupakan pusat dari kesakralan daerah Dolopo. Situs ini berada di pekarangan kosong milik desa, yang tidak ada seorangpun berani memanfaatkannya. Puntuk Daton berupa gundukan tanah (puntuk), yang ditumbuhi semak belukar.
Di sekitar puntuk ditemukan banyak bata kuno dan dua buah umpak berukuran besar.
Menurut Bapak Saiful Huda (30) dahulu sebagian arca dan umpak yang berada di Masjid Toriqul Huda berasal dari Situs Daton. Selain itu, terdapat struktur bata yang banyak ditemukan dalam areal Situs Daton.
Namun sayang, kini bata-bata kuno tersebut telah diambil oleh masyarakat untuk dimanfaatkannmenjadi bahan pembangunan rumah. Nama “Daton” sangat mungkin berasal dari istilah “Kedaton” atau “Kadatwan”, yaitu istana, sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya.
- Umpak Daton
Pada Situs Daton ditemukan 4 buah umpak batu, mirip dengan yang berada di Situs Masjid Toriqul Huda Ngrawan. Kedua umpak tersebut terletak berdampingan di sebelah selatan Puntuk Daton dengan posisi terbalik.
C) Kumpulan Arca di rumah Bapak Saiful Huda
Rumah Bapak Saiful Huda berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Beliau adalah juru pelihara Cagar Budaya yang berada di Kecamatan Dolopo.
Di depan rumahnya terdapat arca Nandi yang telah putus kepalanya. Kemudian di samping barat rumah diletakkan kumpulan Benda Cagar Budaya, yang terdiri dari dua buah Jaladwara, sebuah arca Dewi Parwati, dan sebuah miniatur candi.
Benda-benda cagar budaya tersebut berasal dari pekarangan, sekitar 200 m di sebelah barat daya masjid Maqomul Hidayah. (Menurut keterangan bapak Saiful Huda, dahulu di pekarangan tersebut juga ditemukan struktur bata dan beberapa arca dewa Hindu.
Namun struktur bata tersebut telah digali dan dibongkar untuk dijadikan semen merah serta sebagai bahan bagunan rumah warga. Begitu pula arca-arca dewa Hindu yang ditemukan telah ikut terkubur di bawah masjid Maqomul Hidayah Ngrawan beserta arca-arca dan batu bertulis dari sekitar Situs Daton.
D) Situs Gelang (Dul Boto)
Situs Dul Boto terletak di Dukuh Gelang, Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, kabupaten Madiun. Dul Boto adalah nama yang diberikan oleh masyarakat sekitar Dukuh Gelang untuk menyebut sebuah jalan yang menghubungkan antara Desa Glonggong di timur dengan Desa Doho di baratnya. Dul Boto berasal dari kata Kidul Boto, yang memiliki arti Selatan (batu) Bata.
Menurut informasi dari Saiful Huda, dahulu di sebelah utara jalan tersebut membujur panjang struktur batu bata kuno seperti tembok. Pada awal tahun sembilan puluhan, struktur bata masih dapat dilihat pada beberapa sudut desa, yang membentuk tembok memanjang dari timur ke barat Dukuh Gelang.
Selain itu ditemukan struktur yang sama di Desa Doho, yang memiliki garis lurus dengan tembok di Gelang. Namun sekarang tidak dapat ditemukan lagi satu strukturpun.
Hal tersebut karena sebelum jalan diaspal banyak batu bata yang dijual dan dibawa pulang masyarakat setempat untuk dijadikan bahan bangunan rumah mereka.
E) Situs Gedongstono
Situs Gedongstono berada di Dukuh Gedong, Desa Doho, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, tepatnya di areal pemakaman belakang MTsN Dolopo. Situs ini berupa dua buah makam kuno, yang dipercaya sebagai makam Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Ngalam.
>>> ( 1 ) ( 2 ) ( 3 )