Bhumi jawa lampung kemungkinan adalah orang orang migran dari jawa ke kepulauan sumatra selatan, karena pada sekitar abad ke-7 Masehi, berdiri Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini, cikal bakal terbentuknya adalah melalui proses kesepakatan dari para tetua Pendukung Budaya Melayu Muda.
Kesepakatan tersebut kemudian mendapat dukungan dari berbagai suku dari daerah lain, seperti Suku Minangkabau, Suku Komering dan sebagainya. Sehingga terbentuklah sebuah kerajaan yang sangat kuat.
Diduga Sriwijaya berbentuk Negara Federasi, dimana Para Pemimpin Lokal masih memiliki kekuasaan di daerahnya. Kerajaan Sriwijaya, berdasarkan catatan sejarah, adalah Kerajaan Melayu terbesar yang pernah ada.
Sistem Federasi yang diterapkan kerajaan ini, memungkinkan pengaruhnya hampir meliputi seluruh wilayah di Asia Tenggara.setelah runtuhnya Kedatuan Sriwijaya abad ke-11 Masehi, masyarakat dipinggiran sungai ogan, mendapat pengaruh budaya dari para pendatang.
Di masa Raden Ario Dillah (Sultan Abdullah) berkuasa, diperkirakan perkembangan Islam sangat pesat di Masyarakat Ogan. Keluarga Para Penyebar Islam, kemudian membaur dengan Suku Ogan, dan pada akhirnya menjadi bagian dari Leluhur Suku ini.
Leluhur Suku Ogan disinyalir ada yang berasal dari Lampung,
Palembang dan Tanah Bhumi jawa lampung di beberapa prasasti Sriwijaya dianggap sebagai penyelesaian migran Jawa di Lampung, tapi tahu itu diketahui bahwa Bumijawa di daerah Sukadana di tinggal oleh masyarakat cerdik Lampung. Penyelesaian Bumijawa di Sukadana dimulai pada sekitar abad ke 14 Masehi dan sebagai Kapus Kota dan prasasti Palas Pasemah berasal dari abad ke-7 Masehi ada hampir tidak ada koneksi.
Tapi masyarakat Bumijawa di Sukadana adalah migran dan selalu mengambil nama pemukiman mereka ke daerah baru harus datang ke pertimbangan.
Bumijawa di Lampung Barat adalah sebuah dusun kecil di Pekon (desa) Tapak Siring, Sukau Kabupaten. Masyarakat yang tinggal di sana adalah Buay Nyerupa masyarakat dari Pak Sekalabrak. Satu sumber mengatakan bahwa kerajaan Buay Nyerupa itu dimulai pada 1420 dengan Tapak Siring di Sukau sebagai pusat pemerintahan yang terdiri Sukau, Liwa, dan Krui Ulu.
Pada masa pemerintahan kerajaan Piekulun Dalom mencapai zaman keemasan dengan kopi, cinnamons, dan perdagangan sayuran sebagai sumber utama penghasilan, Berdasarkan etno bersejarah masyarakat Bumijawa berasal dari Bukit Pesagi dan sebelumnya daerah sekitar Martapura, daerah-daerah tersebut tahu Sekalabrak yang dikenal sebagai span sekitar wilayah Danau Ranau.
Kawasan itu sudah merupakan penyelesaian untuk waktu yang lama seperti yang kita dapat menemukan candi dari era klasik di Jepara, dengan jenis perusahaan candi dari era klasik tanggal awal dan memiliki ornamen yang sama dengan candi di Tengah dan Jawa Timur dari sekitar abad ke 9 dan 10 Maseh, bedasarkan hepotesa di atas bisa di simpulkan bahwa bumi jawa lampung tidaklain adalah desa atau perkampungan migrasi rang orang jawa ke Sumatra dan yan di maksud bumi jawa yang tertulis dalam prasasti kota kapur. Tertulis dalam prasasti kapur.
"Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadātuan Sriwijaya ini : kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah !
Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadatuan ini akan ada orang yang memberontak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Sriwijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya.
Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti mengganggu: ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja, saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk.
Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk : dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebutmati kena kutuk.
Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya, dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka ! Tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah kutukan ini diucapkan : pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.
"kutukan ini diucapkan : pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya".
Bersumber dari Menurut Carita Parahyangan (1579) Sang Sena tersingkir dari istananya di Galuh, mengungsi ke arah timur ke kaki gunung Merapi (Mataram), senada dengan CP, Prasasti Canggal (732) mengisahkan raja Jawa bernama Sanna, rakyat berkabung kehilangan pelindung.
Adapun isi dari prasasti canggal yang terdiri dari 12 bait tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bait pertama, menerangkan bahwa dinasti Sanjaya memerintahkan untuk membangun sebuah lingga di desa Kunjarakunja yang terkenal akan kekayaan emas dan padi.
b. Bait kedua hingga bait keempat, berisikan syair mengenai pemujaan terhadap Dewa Siwa.
c. Bait kelima, berisikan syair mengenai pemujaan terhadap Dewa Brahma.
d. Bait keenam, berisikan syair mengenai pemujaan terhadap Dewa Wisnu.
e. Bait ketujuh, mengenai sanjungan terhadap kesuburan tanah Jawa sehingga memberikan banyak sumber daya alam bagi kerajaan dan seluruh rakyatnya.
f. Bait kedelapan dan bait kesembilan, menerangkan bahwa telah ada raja yang berkuasa di Jawa sebelum Sanjaya yakni Sanna yang tidak lain adalah saudara kandung ibundanya dimana pada masa kepemimpinan Sanna Jawa merupakan negeri yang makmur dan kuat.
g. Bait kesepuluh hingga bait dua belas, mengisahkan mengenai meninggalnya Sanna menyebabkan negeri Jawa menjadi kacau dan mengalami kesengsaraan, namun setelah Sanjaya muncul sebagai pengganti Sanna maka keadaan perlahan mulai membaik dan kembali aman serta kehidupan rakyat kembali sentosa dan makmur
Dengan demikian, Sanjaya sebagai Medang tidak punya hubungan apapun dengan Sriwijaya, justru hubungannya adalah permusuhan, menurut Carita Parahyangan Sanjaya bahkan menyerbu ke Bhumi Malayu memerangi Sang Sriwijaya.
Bedasarkan sumber di atas sriwijaya menyerang pulau jawa pada masa pemerintahan raja galuh sena di abad ke 7. (*)
____________________
Bhumi Jawa Lampung