Tragedi Kanjuruhan Dari Kacamata Ahli Psikologi
Jakarta - Ahli Psikologi Prof. Dr. Suryanto angkat bicara perihal tragedi Kanjuruhan dari kaca mata psikologi.
Kata Suryanto, yang terjadi dalam tragedi Kanjuruhan tersebut adalah Collective Mind, dimana suatu massa berkumpul memberikan semangat satu dengan yang lain lalu menimbulkan pertengkaran, (agresif) maupun dalam bentuk hinggar bingar dalam aspek positif bernyanyi.
"Dalam hal ini kesadaran individu berkurang dan lebih pada kesadaran kesadaran," kata Suryanto.
Hal itu disampaikannya saat diskusi bertema "Pertanggungjawaban Pidana Kasus Tragedi Kanjuruhan Malang" di Kampus B UNAIR Surabaya, Jumat kemarin.
Sebagai contoh katanya, suar satu penonton di ikuti oleh yang lain, bahkan dari suar menjadi pelempar botol dan seterusnya. "Perbuatan itu kecil terjadi jika dilakukan sendirian, namun dalam tragedi Kanjuruhan masif karena pemikiran kolektif," sebutnya.
Menurutnya, individu yang berada di dalam kelompok mudah tersugesti/merangsang, mereka berani melakukan apapun karena anomim atau kehilangan identitas.
Dalam perubahan individu yang masuk dalam kelompok karena colletive mind, suuggestable, serta anonim yang menimbulkan sikap bermacam macam (destruktif dll). Berpendapat apakah bisa menerapkan hukum pidana baik untuk aparat kepolisian, hingga penonton.
"Berpendapat pemberitaan harus berimbang, karena tidak hanya aparat kepolisian yang disalahkan, atau hanya penonton. Karena tidak semua penonton melakukan pelemparan, dll," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, konsekuensi sebab akibat, sebelum terjadi tragedi maka perlu mendalami siapa saja penyebab awal terjadinya. "Sehingga memicu sikap agresif-represif yang berujung kekacauan dan tragedi kematian massal," tegasnya.(**)
 
