Aipda Nurkholis Sang Ustadz dan Khotib Pemilik TPA Yang Bercita - Cita Memiliki Pondok Pesantren Di Tulungagung
TULUNGAGUNG - Tidak hanya anggota sebagai anggota Korps Bhayangkara, Aipda Nurkholis Aziz, SH juga dikenal sebagai khotib di lingkungan rumahnya yang ada di Desa Banjarrejo Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung.
Kapolres Tulungagung, AKBP Handono Subiakto, SH, SIK, MH mengapresiasi keaktifan dan inovasi yang dilakukan oleh anggotanya yang satu ini.
Karena tidak hanya bekerja melindungi dan mengayomi masyarakat, Polisi yang satu ini juga dikenal sebagai Khotib, Masjid Ta'mir dan pemilik Tempat Pendidikan Alquran (TPA).
Hal tersebut disampaikan AKBP Handono saat mengunjungi rumah sang Ustadz Aipda Nurkholis Aziz yang dijadikan tempat pendidikan Alquran bagi puluhan santri – santriwati , pada Senin (01/11/2021) siang.
Kapolres Tulungagung AKBP Handono Subiak untuk mengucapkan apresiasi atas inisiatif yang dilakukan oleh Aziz dan berharap agar kegiatan seperti ini dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
"Terima kasih atas inisiatif dan inovasinya, terus pertahankan dan tingkatkan untuk melakukan hal hal baik seperti ini, mudah-mudahan apa yang dilakukan Aipda Aziz dapat di tiru Anggota yang lain" ujarnya.
Dihadapan santri yang mengikuti pendidikan di TPA yang dikelola Aipda Nurkholis Aziz, Kapolres Tulungagung berpesan agar santriwan dan santriwati sungguh- sungguh dalam belajar sebab puluhan tahun lagi, mereka akan menjadi generasi penerus bangsa.
"20 tahun lagi kalian ini para santri akan menjadi generasi penerus Bangsa, maka menuntut ilmu itu wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh," lanjut Kapolres.
Sementara itu kepada tim liputan, Ustadz Aziz mengatakan sejak tahun 2019 lalu dirinya mulai aktif mengisi Khotbah Shalat Jumat di lingkungannya.
“Saat itu ditawari untuk ngisi pas Jumat upah tahun 2019, ya saya jalanin”, terangnya.
Tidak hanya menyampaikan pesan keagamaan, dirinya juga menyampaikan ajakan kepada masyarakat untuk bersama menjaga keamanan masyarakat serta pesan untuk menerapkan 3M di masa pandemi seperti ini.
Jika selama ini khotbah sholat jumat disampaikan dengan menggunakan bahasa jawa, dirinya memilih menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan agar lebih mudah diterima oleh generasi milenial.
“Kalau khotbahnya pake bahasa Indonesia mas, kalau pakai bahasa jawa itu biasanya sudah senior, kalau saya bahasa Indonesia, selain itu lebih mudah digunakan pesannya sama muda,” jelasnya.
Sementara itu disinggung terkait kesiapan menjadi Khotib ustadz Aziz menambahkan “Tidak ada persiapan khusus yang saya lakukan sebelum memberikan khotbah Sholat Jumat, saya izinkan dulu pimpinan kemudian bersiap datang ke masjid lebih awal, kemudian mempersiapkan diri dan menyampaikan khotbah Jumatnya kepada jamaah di masjid tersebut” , diapresiasi.
Kini setelah menerima sebagai khotib di masjid, bapak tiga anak ini mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menjadi Ta'mir Masjid Baitul Fattah yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
"Kalau kegiatan masjid ya jamaah rutin terus pengajian rutin malam minggu dan kuliah subuh setelah sholat subuh, 2 kali seminggu itu merusak yang kita lakukan, " ucapnya.
Kesibukannya di luar kedinasan mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, bahkan bersama istrinya telah memiliki lebih dari 30 santri untuk belajar Iqro hingga hafalan Alquran.
“Yang ngaji anak anak SD hingga SMP”, ujar Aziz
"Awalnya yang belajar ngaji di rumah saya satu anak, terus anak tersebut ngajak temannya terus ngajak lagi sehingga akhirnya semakin banyak yang ikut," lanjutnya.
TPA yang berdisi sejak setahun lalu tersebut kini dikelola bersama sang istri, Siti Nur Azizah dibantu dua ustadzah.
Harapan sang ustadz aziz sangat sederhana, yakni ingin berbagi dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, salah satunya dengan mengajar membacakan dan hafalan Alquran masyarakat sekitar.
"Harapannya ya biar bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar, saya bisanya itu, istri saya juga bisa memberikan itu ya yang sudah kita berikan kepada masyarakat, siapa tau nanti bisa menjadi Pondok Pesantren," pungkasnya.(HUM-RESTU)