BALI - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan beberapa hal penting dalam Apel Kasatwil Polri. Dihadapan personel, ia meminta agar capaian pengendalian pandemi Covid-19 yang sudah sangat baik terus dipertahankan. Atas hal ini, Kapolri mengapresiasi seluruh kerja keras personel Polri dalam penganganan Covid-19 selama ini.
“Dalam kesempatan ini saya sebagai Kapolri mengucapkan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya pada seluruh personel Polri baik di Mabes, Polda, maupun di pulau terjauh, terpencil yang telah melaksanakan seluruh kerja kerasnya. Keberhasilan penanganan Covid-19 tidak lepas dari kerja keras rekan-rekan semua. Saya bersyukur dan menghargai setinggi tingginya,” kata Kapolri saat memberikan pengarahan Apel Kasatwil, Jumat (3/12) malam.
Mantan Kapolda Banten ini menilai, kerja keras yang dilakukan seluruh personel Polri dalam menangani pandemi Covid-19 menghasilkan optimisme negara untuk keluar dari hantaman Pandemi.
Selain itu, lanjutnya, dengan laju Covid-19 yang dapat dikendalikan dengan baik maka Indonesia berhasil dan sukses menyelenggarakan berbagai acara nasional seperti PON di Papua, maupun internasional World Superbike di Mandalika, NTB serta Indonesia Badminton Festival (IBF) di Bali yang sedang berlangsung.
Bahkan berkat kerja bahu membahu tangani Covid-19, Kapolri, Indonesia dipercaya untuk menyelenggarakan Presidensi G20 dan event MotoGP di Sirkuit Mandalika.
Karena itu tentunya dalam kesempatan ini saya mendorong rekan-rekan untuk terus mempertahankan posisi yang diraih dari berbagai upaya dan ucapan apresiasi ke seluruh rekan-rekan ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus mempertahankan,” ujar Kapolri.
Masih dalam sambutannya, Kapolri menggambarkan transformasi menuju Polri Presisi. Terkait hal itu sebelumnya Kabareskrim ini menjawab bahwa hal itu bisa menjadi upaya untuk menantang masyarakat yang mengharapkan Polri lebih baik. Selain itu, transformasi adalah suatu keharusan sebagai organisasi modern.
Dari evaluasi menuju transisi menuju Polri Presisi, Kapolri melihat kuantitas capaian sudah cukup bagus. Dimana rata-rata di atas 95 persen. Meski secara kuantitas positif, saya mengharapkan kualitas dari program-program yang dibuat serta inovasi yang dilakukan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Karena jargon salam Presisi tidak hanya berhenti sampai disitu. Tapi bagaimana kemudian salam Presisi betul-betul dirasakan di hati masyarakat,” ucap Sigit.
Oleh karena itu, dalam kerangka ini Kapolri meminta agar seluruh jajarannya menghindari tindakan-tindakan kontraproduktif yang berdampak pada organisasi. Untuk itu, lanjut Kapolri, oknum-oknum yang manfaatkan situasi tersebut, dampak dan menciderai, ia mengingatkan agar mereka menghormati komitmen pribadi lain yang sudah bekerja dengan baik.
“Artinya secara kuantitas turun, namun hanya beberapa peristiwa pelanggaran yang kemudian diviralkan maka kepercayaan publik ke kita langsung turun,” kata Kapolri.
Kapolri mengingatkan sekali lagi, bahwa transformasi perubahan mutlak harus dilakukan dan arus pikir bersama seluruh personel. Pasalnya, kata dia, Polri sebagai organisasi besar harus menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan ditengah perkembangan zaman.
Lantas Kapolri mengurai, setiap personel Polri wajib memiliki tiga kompetensi didalamnya, yakni kompetensi teknis, hal-hal terkait dengan profesionalisme. Kompetensi kepemimpinan yang mumpuni saat memimpin dari terkecil terkecil hingga kompetensi etika.
Kapolri tidak perlu khawatir dengan dua kompetensi yang dianggap dimiliki oleh personel. Namun ia menitikkan beratkan kompetensi etika, yakni bagaimana mengubah budaya budaya organisasi dalam benaknya.
“Yang paling sulit kompetensi etika inilah yang tentunya akan mereka kultur dan budaya organisasi bagaimana kita melakukan nilai yang baik untuk dibiasakan sehingga menjadi perilaku sehari-hari itu menjadi suatu modal keutamaan tanpa kita sadar kalau ini bisa kita lakukan maka risiko untuk melakukan akan berkurang,” papar kapolri.
Kapolri sangat yakin, jika dapat mengubah budaya budaya organisasi maka bisa dipastikan Polri akan sangat betul-betul dicintai dan sangat dekat dengan masyarakat.
“Ini adalah hal yang mungkin paling sulit karena memang bagaimana kita harus mampu mengubah dari zona nyaman namun disisi lain ini harus kita lakukan. Jika kita ingin organisasi kita jadi baik, apabila kita ingin anggota kita baik, tanamkan budaya untuk berbuat baik. Ini harus dilakukan berulang-ulang,” ujar Kapolri.
Selanjutnya, metode manajemen yang dimana transformasi Polri Presisi untuk Pola Pemolisian Prediktif guna mencegah dan menyelesaikan segala permasalahan sosial dan kejahatan di masyarakat. Hal itu juga mengatur tentang tugas dengan melakukan pendekatan Pre-emtif, Preventif dan Represif.
"Kedepan tentunya kita juga menginginkan Polri dapat memanfaatkan teknologi informasi yang dapat terkoneksi dengan satu kesatuan data besar, contohnya yang dimiliki Kemenkes untuk aplikasi PeduliLindungi. Ini tentunya menjadi sangat baik jika kita dapat mengelola semua data antara kementerian/lembaga. tempat dapat kita baca dan lakukan upaya pencegahan dan pencegahan sebelum kejahatan terjadi. Ini merupakan cita-cita dan harapan kedepan," kata Kapolri.
Selanjutnya tentang manajemen sarana dan prasarana. Dalam hal ini, jajaran Polri diminta untuk terus menyesuaikan lingkungan strategi yang akan dihadapi kedepannya. Dalam hal ini, tentunya harus dipastikan seluruh kebutuhan pelaksanaan tugas tersebut untuk menghadapi tantangan tugas kedepannya.
Dan keempat adalah manajemen anggaran. Untuk hal ini, Kapolri meminta untuk terus mempertahankan tren positif yang ada dengan cara terus melaksanakan tugas dengan baik dan kepercayaan yang telah diberikan oleh negara terhadap Polri.
Masih dalam pengarahannya, Kapolri juga menjadi kenangan tentang jiwa kepemimpinan yang harus bisa teladan bagi seluruh anggotanya. Sehingga, transformasi pengawasan harus terus dilaksanakan kedepannya. Karena itu para Kasatwil, kata Kapolri, harus turun ke bawah untuk mengetahui permasalahan dan kesulitan apa yang dihadapi oleh jajarannya.
"Sehingga pada saat kita mengambil keputusan atau memberikan perintah, akhirnya perintah tersebut benar. Jadi sangat penting bagaimana situasi sulit kita turun ke lapangan. Kemudian kita ambil langkah untuk mengambil alih terhadap permasalahan yang ada. Ini menjadi penting," ujar Kapolri.
Tak hanya itu, menurut Kapolri, pemimpin mampu memberikan pemahaman terhadap anggota untuk melakukannya dengan baik mulai dari hal terkecil. Dengan berperilaku positif, hal tersebut akan selalu tertanam dalam pola pikir sehari-hari. memastikan itu memiliki dampak baik untuk perorangan maupun organisasi.
"Kita tentunya harus biasakan melakukan hal-hal yang sifatnya berbuat baik. Mulai dari hal kecil saja, seperti kegiatan menyeberangkan anak kecil, ataung tua, dorong mobil. Hal kecil seperti itu," tutup Kapolri.(arf/ny)